Rabu, 13 Oktober 2010

Nasib Generasi Miskin, Mana Kepedulian Pemerintah???

Foto: Catur Wulandari

Pulang skull, saya baca berita online satu-satunya situs berita lokal di kotaku -prigibeach.com- headline news-nya berjudul: Untuk Hidup Sehat Catur Wulandari, Menunggu Uluran Pemerintah Daerah; Saya baca sampai tuntas, dan (karena saya baca sambil makan)...selera makan saya tiba-tiba hilang. Ibuk tanya saya "Kenapa kok gak dihabiskan? Masakan Ibuk gak sedap, iya?" Aku menggeleng. Kasihan juga Ibuku ini, sebab beliau selalu sedih kalau makanku sedikit, barangkali "egois" nih Ibuk. Maunya dipuji aja, seperti Abahku sering ucapkan, "masakan Ibuk sedaaaap..lezaaat.." (tapi aku enggak berani nggrundel) dan tak pernah nggrundel, sebab masakan ibuku memang selalu layak kunikmati. Kubenahi, piring makanku, lalu kembali menghadap laptop.

Tidak semua keberuntungan berpihak pada orang yang berprestasi. Ini terbukti pada nasib yang dialami seorang mantan mahasiswi asal Trenggalek, Jawa Timur, yang telah 3 tiga tahun ini tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya karena kelumpuhan menahun yand dideritanya.

Tak banyak orang yang tahu, kalau dirumah sederhana yang terletak di desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek ini , terdapat pemandangan yang membuat siapa saja miris melihatnya. Beginilah keadaan Catur Wulandari seorang mahasiswi pendidikan biologi Universitas Negeri Surabaya yang tergolek lemas karena sakit yang dideritannya. Keadaannya semakin memburuk sejak dua tahun , membuatnya tidak berdaya dan harus tetap terbaring di tempat tidur. Sesekali Catur meringgis menahan sakit dari sekujur tubuhnya, dan sudah dua tahun ini ia tidak makan nasi karena saat melakukan aktivitas makan dan minum ia sering mengeluh sakit dari sekitar mulut dan tenggorokannya. Saat rasa sakit itu muncul yang bisa ia lakukan hannya memegangi janggutnya karena terkendala pada biaya. Untari ibu kandung Catur hanya bisa memberi tahu mentah yang dihaluskan dan air putih saja. Akibatnya tubuh Catur kurus kering hanya tulang yang menempel di kulit

Kedua orang tua Catur mengaku tidak mengetahui tanda-tanda yang aneh dari buah hatinnya, namun sebelum Catur benar-benar jatuh sakit sering mengeluh pusing dan lemas disertai sesak nafas. Keluarga telah berusaha mengupayakan proses kesembuhan anak semata wayangnya keberbagai tempat mulai dari pengobatan alternatif hingga kedokter namun tetap tidak ada perubahan. Hingga sekitar dua tahun yang lalu keluarga sempat membawa Catur kerumah sakit umum dr.soedomo namun menurut Untari orang tua Catur, pihak rumah sakit tidak segera melakukan upaya medis.

Sebelum jatuh sakit Catur Wulandari memiliki banyak prestasi akademik maupun non akademik. Pada tahun 2002 saat Catur masih duduk dibangku sekolah menegah atas, Catur pernah menyandang gelar sebagai juara dua pertandingan pencak silat antar pelajar se-Jawa Bali, saat Catur masuk keperguruan tinggi Catur mendapatkan beberapa beasiswa prestasi dari Universitas Negeri Surabaya karena indek prestasi Catur tertinggi di fakultasnya.

Catur sempat menjalani perawatan di rumah sakit umum dr. Soetomo surabaya. Menurut Saijo, ayah Catur, dokter memfonis Catur mengidap penyakit lumpuh otot meskipun Catur dan keluargannya memegang kartu jaminan kesehatan masyarakat ayah Catur mengaku tetap merasa kesulitan mengupayakan kesembuhan anaknnya.

Menurut dokter spesialis saraf RSUD dr. Soedomo trenggalek, Catur mengidap penyakit "severe myasthenia gravis" atau kelumpuhan pada otot secara cepat. "Myasthenia gravis" adalah penyakit kronis dengan remisi dan relaps, yang ditandai oleh kelemahan dan cepatnya otot-otot utama.

Saat ini keluarga Catur menunggu uluran tangan dari siapa saja yang terketuk hatinya untuk membantu.

"Kami adalah pemegang Kartu Kuning (Kartu Jamkesmas/red), Mas, namun selama ini pelayanan pengobatan yang kami terima sangat minim dan tidak sesuai dengan kebutuhan penyakit anak kami, Catur," ujar Saijo dengan mata berkaca-kaca.

Selanjutnya, suami isteri yang hanya memiliki anak sematang wayang, yakni Catur Wulandari ini, menyatakan keluhannya panjang lebar. Keduan ya berusaha melanjutkan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi, karena mengingat prestasi Catur tatkala masih di sekolah menengah atas. Mereka lakukan semua itu, tanpa peduli kemampuan ekonomi yang sangat tidak mendukung.

"Kami berharap, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dapat membantu kami menyembuhkan anak kami. Kami sungguh-sungguh tidak mampu, tidak memiliki kemampuan," ungkap Saijo, lelaki yang hanya berprofesi sebagai buruh serabutan dengan pendapatan rata-rata Rp. 15.000,- setiap harinnya.

Adakah rasa kepedulian dari pihak pemerintah daerah terhadap nasib warganya yang menderita sedemikian parah ini?
Related Posts with Thumbnails

8 komentar:

  • lina@happy family says:
    14 Oktober 2010 pukul 15.07

    Sebaiknya berita ini lebih diekspos lagi, sebagai berita nasional di televisi. Biasanya banyak yang mau bantu...

  • Ibrahim says:
    16 Oktober 2010 pukul 10.30

    @lina@happy family : Saya tidak mengerti caranya. Terima kasih, saran yang positif.

  • Gigih Rizqi says:
    16 Oktober 2010 pukul 10.41

    yah memang beginilah indonesia, kita generasi muda... ayo majukan keadilan!!!!!!!!

  • Lina CahNdeso says:
    16 Oktober 2010 pukul 19.15

    @RAVE67-GIGIH : Setuju, Brooooo...!!! Mari kita satukan langkah untuk menjadikan Indonesia lebih bermartabat! Thanks, for comment.

  • Unknown says:
    17 Oktober 2010 pukul 04.13

    salam sahabat
    saya tidak bisa komeng apa apa,di sisis lain saya menjumpai postingan beberapa orang terkaya di indonesia dan di sini saya menjumpai generasi miskin,ehm andai saja pemerintah mau bekerja sama dengan para orang2 terkaya tersebut dan mau meluruskan para generasi dengan cara oandang dan pikir yang mencerminkan kepribadian bangsa yang tangguh ......semoga indonesia semakin membaik aja kalau gitu
    iya saya di cina dan sudah saya follow maaf telat yach good luck n thanxs

  • Ibrahim says:
    17 Oktober 2010 pukul 17.38

    @Dhana/戴安娜 : Makasih, Kak Dhana, kakak memang cantiiii...iiik bianget! Inner beauty juga lahirnya beautyfull! Semoga Allah senantiasa meridloi Kakak.

  • ashtho software easy says:
    18 Oktober 2010 pukul 08.29

    Miris hati saya sob melihat gambar ini dan sangat sedih banget sob,,,,,, Sungguh banyak orang yang tak seberuntung kita di luar di sana......

  • Gus Ibrahim says:
    18 Oktober 2010 pukul 16.46

    @ashtho software easy : Kita bisa miris, tapi bagaimana dengan hati nurani para penanggungjawab dana Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Sob ??? Mereka seharusnya melek (melihat!) bahwa korupsi dana Jamkesmas itu sudah menghancurkan hak hidup rakyat jelata!

Posting Komentar

TULIS KELUHAN ANDA DI SINI